Penguatan Identitas Gender pada Siswa Laki-laki Melalui Kehadiran Guru Laki-laki di Tingkat PAUD
pdf

Keywords

Early childhood education, gender identity, male student, male teacher.

Abstract

Abstract: Gender identity typically aware at the age of two and will strengthen until about five years old. It is important for parents and teacher of early childhood education to provide knowledge and strengthen children's gender identity so that their gender identity develops according to their gender. Teachers in schools play an important role in strengthening gender identity. Unfortunately, today's society is not much aware of the importance of it and teachers of early childhood education are still considered as women's professions. This article aims to explain the importance of the presence of male teachers on the strengthen of gender identity in early childhood students. This study used a literature review method with thematic analysis techniques. The results of the research analysis showed that society still gives a stigma that early childhood teachers must be women because they have more patience and so on. It creates a sense of prestige and shame for men to become early childhood teachers. On the other hand, male teachers are very much needed at the early childhood education level because male teachers have a role that cannot be replaced by female teachers, especially in the formation and strengthening of gender identity for male students, including providing challenging games for male students, giving examples of assertive behavior, and other attributes that show male gender roles in front of male students.

Keywords: Early childhood education, gender identity, male student, male teacher.

Abstrak: Identitas gender mulai terbentuk pada usia dua tahun dan akan menguat sampai sekitar usia lima tahun. Penting bagi orang tua dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk memberikan pengetahuan dan penguatan tentang identitas gender anak agar identititas gendernya berkembang sesuai dengan jenis kelamin yang dimiliki. Guru di sekolah memberikan pengaruh penting bagi penguatan identitas gender. Namun sayangnya masyarakat saat ini belum banyak yang menyadari pentingnya hal itu dan guru PAUD masih di anggap sebagai profesi perempuan. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya keberadaan guru laki-laki terhadap pembentukan identitas gender pada siswa PAUD. Penelitian ini menggunakan metode literature review atau studi pustaka dengan teknik analisis tematik. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa masyarakat masih memberikan stigma bahwa guru PAUD haruslah perempuan karena memiliki kesabaran lebih dan lain-lain. Hal ini memunculkan rasa gengsi dan malu bagi laki-laki untuk menjadi guru PAUD. Di sisi lain, guru laki-laki sangatlah diperlukan di tingkat pendidikan anak usia dini karena guru laki-laki memiliki peran yang tidak bisa digantikan oleh guru perempuan khususnya dalam pembentukan dan penguatan identitas gender bagi siswa laki-laki, diantaranya pemberian permainan yang menantang bagi anak laki-laki, pemberian contoh perilaku tegas, serta atribut lain yang menunjukkan peran gender laki-laki dihadapan siswa laki-laki.

Kata kunci: Identitas gender, guru laki-laki, PAUD, siswa laki-laki.

https://doi.org/10.21274/martabat.2021.5.2.289-309
pdf

References

Anwar, Shabri Shaleh, Said Maskur Maskur, dan Sudirman Anwar. Pendidikan Gender “Dalam Sudut Pandang Islam.” Zahen Publisher, 2017.

Azizah, Nur. “Pengenalan Identitas Gender pada Anak (Studi pada Taman Pendidikan Anak atau Day Care).” Yin Yang 9, no. 1 (2014): 47–58.

Bn Bagus Wahyu Setyawan, Pangastuti, Adatun Nuril Hidayah, Ahmad Natsir, Ahmad Fahrudin, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, dan Universitas Sebelas Maret. “Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak Stereotype terhadap Tokoh Utama Perempuan dalam Novel Alun Samudra Rasa karya Ardini.” Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak 5, no. 1 (2021): 60–82.

Boddington, Ellen. “A qualitative exploration of gender identity in young people who identify as neither male nor female - ProQuest,” no. May (2016): 134.

Bryan, Nathaniel, dan Toni Milton Williams. “We need more than just male bodies in classrooms: Recruiting and retaining culturally relevant Black male teachers in early childhood education.” Journal of Early Childhood Teacher Education 38, no. 3 (2017): 209–222.

Cervantes, J C. “Gender Identity in Early Childhood.” KnE Life Sciences 2018 (2018): 189–198.

Coxon, Jonny, dan Leighton Seal. “Medical Management To Support Trans Men In A Gender Identity Clinic.” In Men’s Health, 260–265. Boca Raton: CRC Press, 2021.

Fahrudin, Ahmad. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian: Kompetensi dan Strategi Jitu Riset Peneliti. 1 ed. Tulungagung: UIN SATU PRESS, 2020.

Farquhar, Sarah. “Are Male Teachers Really Necessary?” (1997): (9 Seiten).

Gianesini, Giovanna. “Gender Identity.” Encyclopedia of Family Studies 5, no. 10 (2016): 1–6.

Hayati, Miratul, Yubaedi Siron, dan Erma Hermawati. “Strategi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dalam Melibatkan Guru Laki-Laki.” Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini 6, no. 1 (2021): 11–24.

Heriyanto, Heriyanto. “Thematic Analysis sebagai Metode Menganalisa Data untuk Penelitian Kualitatif.” Anuva 2, no. 3 (2018): 317.

Koch, Sarah, dan Bernhard Farquhar. “Breaking through the glass doors: men working in early childhood education and care with particular reference to research and experience in Austria and New Zealand.” European Early Childhood Education Research Journal 23, no. 3 (2015): 380–391.

Maulana, Redi Awal, Euis Kurniati, Hani Yulindrasari, Jalan Setiabudi No, Isola Kec, Sukasari Kota, dan Jawa Barat. “Apa yang Menyebabkan Rendahnya Keberadaan Guru Laki-laki di PAUD ?” 15, no. 1 (2020): 23–32.

Okoli, Chitu, dan Kira Schabram. “A Guide to Conducting a Systematic Literature Review of Information Systems Research.” SSRN Electronic Journal, no. May 2010 (2012): 1–3.

Polderman, Tinca J.C., Baudewijntje P.C. Kreukels, Michael S. Irwig, Lauren Beach, Yee Ming Chan, Eske M. Derks, Isabel Esteva, et al. “The Biological Contributions to Gender Identity and Gender Diversity: Bringing Data to the Table.” Behavior Genetics 48, no. 2 (2018): 95–108.

Porter, Christa J., dan Jason C. Garvey. “Gender and Gender Identity Development for Students.” In Case Studies for Student Development Theory, 64–75. New York, NY : Routledge, 2019.: Routledge, 2019.

Pujisatuti, Triyani. “Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Identitas Gender Anak.” Syi’ar 14, no. 1 (2014): 53–61.

Qosyasih, Nelis Nazziatus Sadiah, dan Vina Adriany. “Constructing Gender Identity in Young Children.” Proceedings of the 5th International Conference on Early Childhood Education (ICECE 2020) 538, no. Icece 2020 (2021): 177–179.

Smith, Kenneth E. “Male Teachers in Early Childhood Education: Sex-Role Perceptions.” The Humanist Educator 20, no. 2 (1981): 58–64.

Sum, Theresia Alviani, Adriani Tamo, dan Ina Talu. “Faktor penyebab kurangnya minat laki-laki untuk menjadi guru paud di kabupaten manggarai.” Missio, no. 10 (2003): 192–203.

Tampubolon, Gokma Nafita. “Identitas dan Peran Gender pada Anak Usia 3-7 Tahun dalam Keluarga Komuter.” Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) 6, no. 1 (2018): 1–9.

Zulfikar, Wanadry. “Larangan Menyerupai Lawan Jenis Dalam Kajian Islam.”

Creative Commons License

Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Downloads

Download data is not yet available.