REVISITING INTERRELIGIOUS DIALOGUE IN THE HISTORY OF INDONESIA: The Case of Malino Declaration for Maluku
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol. 12 No. 02 December 2018
PDF

How to Cite

Hidayati, M. (2017). REVISITING INTERRELIGIOUS DIALOGUE IN THE HISTORY OF INDONESIA: The Case of Malino Declaration for Maluku. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 12(2), 457-480. https://doi.org/10.21274/epis.2017.12.2.457-480

Abstract

Conflict between Muslims and Christians in Moluccas (1999-2002) is one of the worst conflicts in Indonesia which brings great damage in all fields of human life. The significant result of reconciliation can be found in Central Government’s effort called as Malino Declaration II. This paper aims to find a positive contribution on formulating the key for facing the fact of religious plurality in Indonesia by revisiting the Malino Declaration II. By critically analyzing the discourse of the Malino Declaration contents, it concludes that Malino Declaration is shaky for several reason, (1). The role of Government is so dominant, thus Government is in the safe position. Therefore, it isunderstandable why many people view Government aims to “clean” its mistakes in the conflict. (2). Military as a tool was not only ineffective and bias, but also it caused mass killings under the banner of national stability. (3) Malino Declaration indicates obviously and strongly that the conflict is pure between Muslim and Christian communities in Moluccas, as the result the blame is theirs, (4) contain of declaration gives an impression that the participants who are representative of each community do not have enough room in expressing and waging in dialogue. In other words, Malino Declaration is still far from genuine dialogue.

Konflik antara Muslim dan Kristiani di Maluku (1999-2002) adalah salah satu konflik terburuk di Indonesia yang menyebabkan kerusakan luar biasa di segala bidang kehidupan manusia. Hasil rekonsiliasi yang signifikan adalah usaha pemerintah pusat terkait perumusan Deklarasi Malino II. Dengan meninjau kembali Deklarasi Malino II, tulisan ini bertujuan untuk menemukan kontribusi positif dalam merumuskan kunci dalam menghadapi fakta pluralitas agama di Indonesia. Dengan menganalisis secara kritis isi Deklarasi Malino, dapat disimpulkan bahwa Deklarasi Malino lemah dengan alasan: pertama, peran pemerintah sangat dominan sehingga pemerintah ada di posisi aman. Karenanya, dapat dipahami mengapa banyak orang melihat pemerintah bermaksud “membersihkan” kesalahannya dalam konflik tersebut; kedua, militer sebagai alat tidak efektif dan bias serta menyebabkan pembunuhan massa di bawah bendera kestabilan nasional; ketiga, deklarasi Malino mengindikasikan secara jelas dan tegas bahwa konflik tersebut antara komunitas Muslim dan Kristen di Maluku sehingga kesalahan adalah pada kedua kelompok ini; keempat, isi deklarasi memberikan kesan bahwa para partisipan yang mewakili masing-masing komunitas tidak mendapatkan ruang yang cukup dalam mengekspresikan dan melaksanakan dialog. Dengan kata lain, Deklarasi Malino masih jauh dari makna dialog yang sebenarnya.

https://doi.org/10.21274/epis.2017.12.2.457-480
PDF

References

Abdullah, M. Amin, Dinamika Islam Kultural: Pemetaan atas Wacana Keislaman Kontemporer, Bandung: Mizan, 2000.

Biro Demokrasi, “Hak-Hak Asasi dan Perburuhan,” Laporan Kebebasan Agama International, December, 18, 2003, Public Affairs Section.

Ecip, S. Sinansari, Menyulut Ambon, Kronologi Merambatnya Berbagai Kerusuhan Lintas Wilayah di Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Mizan, 1999.

Effendi, Djohan, “Reconciliation in the Indonesian Context”, in Von

Sicard, (eds.), Dialogue and Beyond: Christian and Muslim Together on the Way, Switzerland: The Lutherian World Federation, 2003.

Effendy, Bakhtiar, Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan: Perbindangan mengenai Islam, Masyarakat Madani, dan Etos Kewirausahaan, Yogyakarta: Galang Press, 2001.

Effendi, Ziwar, Hukum Adat Ambon Lease, Jakarta: PT. Pradnya, 2001

European Commision Conflict Prevention and Crisis Management Unit, “Report on the EC conflict prevention assessment mission to Indonesia”, March 2002.

Front Kedaulatan Maluku (FKM), “Pernyataan Sikap Terhadap Hasil

Perjanjian Malino untuk Maluku” February 15, 2002.

Goss, Jon “Understanding Maluku War: an Overview of the Sources of Comunal Conflict and Prospect for Peace”, Cakalele, Vol. 11-12,

Hasan, Noorhaidi. “Faith and Politics: the Rise of Laskar Jihad in the Era of Transition in Indonesia,” Indonesia 73, April 2002.

________. “Laskar Jihad: Islam, Militancy and the Quest for Identity in Post-New Order Indonesia,” Doctoral Thesis, Leiden: University of Utrecht, 2005.

Husein, Fatimah, Muslim-Christian Relations in the New Order

Indonesia: the Exclusicist and Inclusivist Muslims’ Perspectives,

Bandung: Mizan, 2005.

ICG Asia Report no. 31. “Indonesia: The search for Peace in Maluku”, Jakarta, February 8, 2002.

Kasim, Ifhdal et.al., Tutup Buku dengan “Transitional Justice”?: Menutup Lembaran Hak-Hak Asasi Manusia 1999-2004 dan Membuka Lembaran Baru 2005, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2005.

“Kesaksian Polisi di Ambon”, Kompas, August 6, 2001.

Malik, Ichsan, “The Malino Process in Conflict Resolution in Poso and Maluku,” in Violent Internal Conflicts in Asia Pacific: Histories, Political Economies and Policies, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, LIPI, LASEM–CNRS, KITLV, 2005.

Maluku Media Center, Security Personnel still Alert: Ambon Beaches Back to Normal?, 2003.

Mohammad, Herry et.al., “Mencampakkan Dendam Generasi Agas,”

Gatra, No. 39, August 17, 2001.

Mujiburrahman, “Islam dan Hubungannya dengan Agama-Agama Lain di Indonesia.” Workshop Islam dan Pluralisme yang diselenggarakan the WAHID Institute di Griya Kusuma Indah (GKI), Pacet, Mojokerto, East Java, November 6, 2007.

Mulyadi, Sukidi, ”Violence Under the Banner of Religion: The Case of Laskar Jihad and Laskar Kristus,” Studia Islamica 10 (2), 2003.

Pieris, John, Tragedi Maluku: Sebuah Krisis Peradaban, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.

Rabasa, Angel and Haseman, The Military and Democracy in Indonesia: Challenges, Politics, and Power, Pittsburg: RAND, 2002.

The situation in Maluku/Moluccas-Report No. 343, August 1, 2003.

“Tarung Dua Laskar di Jakarta, in Tabloid Adil, November 22, 2001.

Tanamal, Pieter and Trijono, Lambang. “Religious Conflict in Maluku: In Search of Religious Community Peace,” in Lambang Trijono (ed.) The Making of Ethnic and Religious conflict in Southeast Asia, Yogyakarta, 2004.

Tidwell, Alan and Lerche, “Globalization and Conflict Resolution”.

International Journal of Peace Studies, Vol. 9. No. 1 Spring/Summer, 2004.

Trijono, Lambang, Keluar Dari Kemelut Maluku, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Tukan, Peter, “Ramadhan, Momentum Perkuat Ortodoksi dan

Ortopraksi,” in PELITA, March 30, 2008.

Yewangoe, Adreas A. “Reconciliation in the Indonesian Context.” in Von Sicard, (eds.). Dialogue and Beyond: Christian and Muslim Together on the Way, Switzerland: The Lutherian World Federation, 2003.

Zakiah Daradjat, et.al., Perbandingan Agama, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Creative Commons License

Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.

Licensing
Copyright © The Author(s). Published by Pascasarjana, Sayyid Ali Rahmatullah State Islamic University Tulungagung, Indonesia.
This is an Open Access article distributed under the terms of Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0.