Abstract
Artikel ini mengupas gender dan akademia, diskrimiansi dan revitalisasi organisasi penghayat kepercayaan serta posisi mereka di tengah masyarakat. Artikel ini berargumen bahwa, kendati berada pada posisi terdiskriminasi, keluarga Penghayat mampumelestarikan ajaran luhur kepada generasi berikutnya sangat ditentukan oleh kemampuan perempuan. Banyak keluarga yang terbukti mampu mewariskan nilai luhur kepada anak-anak mereka dengan mengandaikan kekuatan perempuan. Kemampuan perempuan dalam menjalankan tugas pengasuhan dan sosialisasi, menjadi faktor kunci dalam melestarikan ajaran luhur mereka kepada generasi berikutnya. Keberadaan kelompok Penghayat yang terbukti ditentukan oleh peran perempuan dalam menjaga dan merawat ajaran luhur mereka. Keberadaan perempuan telah menjadi faktor penting bagi organisasi Penghayat dalam mengkonsolidasikan diri, kekuatan soft power perempuan telah menjadi faktor kunci pelestarian komunitas dan ajaran luhurnya.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.