MENJAWAB KONTROVERSI TAFSIR MURAH LABIB KE-NUSANTARA; Analisis Kritis Kitab Magnumopus Syaikh Nawawi al-Bantani
PDF

How to Cite

Ilman, R. (2019). MENJAWAB KONTROVERSI TAFSIR MURAH LABIB KE-NUSANTARA; Analisis Kritis Kitab Magnumopus Syaikh Nawawi al-Bantani. Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 7(2), 299-336. https://doi.org/10.21274/kontem.2019.7.2.299-336

Abstract

Qur'an will never be completed. Dialectics that occur also have ups and downs in conjunction with the openness, skill, and ability of an interpreter. In Indonesia, the study of Tafseer is also interesting for us to study and follow. Lots of interpreters are popping up, just a matter of Prof. Dr. Quraish Shihab with his book Tafsir al-Misbah, Prof. Dr. Hasbi Ashiddiqi with his work Tafsir an-Nur, and Sheikh Nawawi al-Bantani with his work Tafsir Marah Labid. Tafsir Angah Labid results from the thought of Sheikh Nawawi has its own uniqueness to be studied as an ingredient in the academic insight . The interpretation of the Quran is an effort to understand, to explain the intent, and to figure out the content of the verses. As a result of man’s work which is different from the Quran, the interpretation develops through several periods from classical, medieval to the modern and even contemporary ones. The diversity in the method (manhaj/tariqah), style (nau’), as well as approaches (alwan) is unavoidable in a work of interpretation. Although the commentaries appear in modern period, its interpretation still follows the pattern of classical and medieval period as confirmed by Nawawi al Bantani in the Muqaddimah of the commentary (Iqtida lil ‘bi al Salaf fi Tadwin’ ilm). Therefore, it is acceptable that Tafsir alMunir or Marah Labid is  regarded as the interpretation bridging the traditional and modern periods.

Keyword: Metodologi, Geografis, Tafsir Marah Labid Nawawi al Bantani.


Al-Qur'an adalah firman Allah yang mengandung banyak unsur, dimulai dengan hal-hal yang berkaitan dengan ubudiyyah mahdlah atau ghairu mahdlah. Untuk mengeksplorasi apa yang dimaksud dan diinginkan oleh Al-Qur'an, itu adalah alat yang diperlukan untuk membedahnya, yaitu ilmu penafsiran. Dengan ilmu interpretasi, kita diharapkan sebagai peninjau dan pengamat Al-Qur'an dapat memahami ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya, baik sifat khass atau mujmal. Kegiatan pemahaman dan interpretasi Alquran tidak akan pernah selesai. Dialektika yang terjadi juga mengalami pasang surut dalam hubungannya dengan keterbukaan, keterampilan, dan kemampuan seorang juru bahasa. Di Indonesia, penelitian Tafseer juga menarik untuk kita pelajari dan ikuti. Banyak penerjemah bermunculan, hanya soal Prof. Dr. Quraish Shihab dengan bukunya Tafsir al-Misbah, Prof. Dr. Hasbi Ashiddiqi dengan karyanya Tafsir an-Nur, dan Sheikh Nawawi al-Bantani dengan karyanya Tafsir Marah Labid. Tafsir Angah Labid hasil dari pemikiran Sheikh Nawawi memiliki keunikan tersendiri untuk dipelajari sebagai bahan dalam wawasan akademik. Penafsiran Al-Quran adalah upaya untuk memahami, menjelaskan maksud, dan untuk mencari tahu isi ayat-ayat tersebut. Sebagai hasil dari karya manusia yang berbeda dari Quran, interpretasi berkembang melalui beberapa periode dari klasik, abad pertengahan hingga yang modern dan bahkan kontemporer. Keragaman dalam metode (manhaj / tariqah), gaya (nau '), serta pendekatan (alwan) tidak dapat dihindari dalam karya interpretasi. Meskipun komentar muncul dalam periode modern, penafsirannya masih mengikuti pola periode klasik dan abad pertengahan sebagaimana dikonfirmasi oleh Nawawi al Bantani dalam Muqaddimah dari komentar (Iqtida lil ‘bi al Salaf fi Tadwin ilm). Oleh karena itu, dapat diterima bahwa Tafsir alunir atau Marah Labid dianggap sebagai interpretasi yang menjembatani periode tradisional dan modern.

Kata Kunci: Metodologi, Geografis, Tafsir Marah Labid Nawawi al Bantani.

https://doi.org/10.21274/kontem.2019.7.2.299-336
PDF

Downloads

Download data is not yet available.