Abstract
Bahasa memiliki kaitan dengan kekuasaan, yakni bahasa dapat digunakan untuk merebut kekuasaan maupun untuk mempertahankan status quo. Karena itu, partai politik berusaha mendayagunakan bahasa sedemikian rupa dalam mengiklankan partainya agar mendapat simpati dan dukungan rakyat. Melalui iklan politik, para caleg dan capres ingin cepat dikenal oleh pemilih. Mereka percaya bahwa iklan yang bertubi-tubi memiliki daya magis untuk mengenalkan diri dan merayu calon pemilih secara instan. Karena tidak memiliki prestasi yang patut dibanggakan, mereka hanya mengobral sensasi, menonjolkan gelar akademis, dan narsis. Meningkatnya konstalasi politik menyebabkan pertarungan iklan politik semakin keras dan tak jarang menjurus pada kampanye negatif. Melalui bahasa, para caleg dan capres melempar wacana yang mengagung-agungkan dirinya dan tak jarang menyerang lawan politiknya. Akibatnya, iklan politik tak ubahnya seperti iklan kecap. Pesan yang disampaikan masih berkisar pada produk, bukan gagasan. Iklan politik pun sebagian besar sekedar mengenalkan nomor urut, logo partai, atau menonjolkan figur tertentu.
References
Bourdeiu, Pierre. 1991. Language and Symbolik Power. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press.
Danial, Ahmad. 2009. Iklan Politik TV; Modernisasi Kampanye Politik Pacsa Orba. Yogyakarta: LkiS
Eriyanto. 2006. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.
Fairclough, Norman. 2001. Language and Power. England: Pearson Education Limited.
Faucoult, Michel. 1971. Kritik Wacana Bahasa (trj. Inyiak Ridwan Muzir, 2003). Yogyakarta: IRCiSod.
Fashri, Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol; Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Juxtapose.
Hargen, Bonnie. satuNews.com. diakses tanggal 23 Oktober 2010.
Hess-Luttich. 2007. (Pseudo)-Argumentation in TV Debate. Journal of Pragmatics 39. hal. 1360-1370.
Hidayat, Komaruddin. 2004. Menafsirkan Kehendak Tuhan. Jakarta: Teraju.
Junaedi (ed). 2008. Profil Partai Politik Peserta Pemilu 2009. Yogyakarta: Pustaka Timur.
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Hiper-Realitas Media dan Kebudayaan: Kebenaran dalam Kegalauan Informasi. http://www.forum-rektor.org/artikel.php? Diakses 23 Oktober 2010.
Rahardjo, Mudjia. 2007. Hermeneutika Gadamerian: Kuasa Bahasa dalam Wacana Politik Gus Dur. Malang: UIN Malang Press.
Rusdiarti, Suma Riella. 2003. Bahasa, Pertarungan Simbolik, dan Kekuasaan, dalam Basis VII/11-12 (31-40).
Santoso, Anang. 200. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Wacana Politik Pasca Era Orde Baru. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS UM Malang.
Tinarbuko, Sumbo. 2009. Iklan Politik dalam Realitas Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Van Dijk, Teun. A. 1997. Political Discourse and Political Cognition. Makalah Congress Political Discourse, Aston University. Diakses dari http://www.hum.uva.nl/teun.
Wittgenstein, L. 1978. Philosophical Investigation. Oxford: Basic Blackwell.
Before going to review process, all manuscripts will be checked that they are free from plagiarism practice using "Turnitin" software. If there is an indication of plagiarism, the manuscript will instantly be rejected.